Selasa, 01 Februari 2011

mata

tidak kah kau lihat mata ini
mata yang kau tatap dua tahun lalu saat kau menjabat tanganku
mata yang menatapmu malu ketika senyum tersungging diwajahmu
sorot mata yang penuh harapan, impian, dan kehangatan
sorot mata yang berbinar menemukan harta terpendamnya
sorot mata yang tak mampu berpaling walau sejenak
tak mampu terpejam walau dalam pembaringan
bahkan kelopaknya tak mampu menggantikanmu dengan sesuatu

detik pun terus menjerit
memaksa menit untuk terus merangkak
memapah jam untuk bergerak satu-satu
mereka tak jua sedikitpun bernyali untuk melawan
kehendak dan kuasa Sang Pemilik Alam Semesta
meski tak sedikit peluh yang mereka usap
meski harus terus menebalkan telinga dari cacian
mulut-mulut yang tak menghargai kerja keras mereka
dan mereka turut menitikkan air mata
memandangi jiwa-jiwa yang datang dan pergi melewati gerbang kefanaan

ya.. mereka turut menjadi saksi
dua tahun lalu hingga kini
mata yang sangat mereka kenal ini
tak mampu sedikitpun mengelabui
kisah semu nan indah yang membuat mata ini bersinar
tragedi pahit memilukan yang meredupkan semangatnya
semua tercatat tak terlewatkan

detik itu
ketika mata ini menampakkan suatu kejanggalan
keresahan menghujani pencarian tak bertepi
bahkan sinar mentari  tak mampu menyibakkan fakta atas tanya
senandung bulan dan orkestra malam tak mampu menghanyutkan kegelisahan
yang ada hanya diam dan sepi
semua menunggu waktu bersuara

detik itu
mata ini yakin
mereka tak melupakan setetes air pun yang luluh dan mengering di hilir
mereka tak dapat sembunyikan potret kehancuran ini
mereka tak mau mengingatkan bagaimana dahulu mereka berteriak
untuk tak melangkah lebih jauh
untuk tak mempercayai fatamorgana
karna mereka tak ingin mata ini tersakiti lebih dalam
dan mereka tak ingin sinarannya hilang

hingga detik ini
mereka tak henti mencatat
sesekali mereka hadir membawa keindahan
namun mereka tetap tak mampu menahan air mata ini kembali mengalir
ketika mata ini tak lagi diperdulikan kehadirannya
ketika mata ini hanya mampu menatap lekat bayangan di hadapannya
ketika mata ini menangkap senyum yang dunia pun tahu bahwa itu bukan miliknya
satu tugas yang diamanahkan kepada mereka
dan tak pernah mereka mendustakannya

suatu detik nanti
jika kelak kau ingin menemukan mata ini kembali
dan kau mencari refleksimu di dalamnya
tanyakanlah pada mereka
tatap catatan berharga di tangan-tangan mungil mereka
ingatlah setiap peristiwa berharga yang telah kau lewatkan
ingatlah setiap detik yang kau buang
ingatlah setiap catatan kehidupan yang kami lalui bersama
tetesan, hempasan, puing-puing kehancuran
ingatlah detik dimana aku, mataku, dan mereka
saling berjabat tangan menatap prasasti yang kami ukir bersama
membuang sampah kalimat cinta yang telah bertumpuk
dan ingatlah
tak kan kubiarkan mata ini direnggut kembali kebahagiaannya
merasakan pedih yang pernah ia rasa
saat ia menatapmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar