Aku diam. Otakku berpikir. Terlalu banyak pikiran membuatku bingung harus berbuat apa. Minggu-minggu yang menjemukan. Tugas berantai, proposal tak tersentuh, dan hal-hal lain membebani otakku. Aku jenuh. Ingin rasanya aku simpan semua beban itu di sebuah kotak, lalu aku hanyutkan. Biarlah hilang entah kemana, yang penting aku bebas.
Tanganku kembali menyentuh touchpad, bergerak-gerak tak jelas. Masuk games, bosan, keluar. Masuk notepad, bosan, keluar. Masuk winamp, lihat-lihat playlist, kemudian asal pilih, dan play. Aku mulai memejamkan mata, diam, tak melakukan apa-apa. Hingga entah bagaimana tiba-tiba lagu itu terdengar. Aku terdiam. Lagu itu tak sengaja ada dalam daftar laguku di winamp, dan kenangan itu pun berputar kembali dalam otakku.
Sebut saja kingkong. Memang itu bukan namanya, tubuhnya pun tidak sebesar itu, tapi begitulah nama panggilannya. Ia teman SD ku. Tepatnya sejak aku kelas 4 SD. Sebagai murid baru di sekolah itu, aku masih sangat canggung. Temanku hanya beberapa, itu pun tidak dekat. Aku pendiam. Aku juga tidak terlalu aktif di organisasi. Setelah bel pulang berbunyi, aku pun pulang. Terkadang tak sengaja berbarengan dengan temanku. Namun kami tidak saling menyapa. Hanya senyum. Aku jarang ke kantin, karena aku terbiasa membawa bekal nasi dari rumah. Jarak rumahku dengan SD itu cukup jauh, kurang lebih 20km. Seringkali aku berangkat dengan ayah atau ibuku, kemudian pulang sendiri. Aku duduk di kursi depan, lalu tertidur sampai tujuan akhir angkot tersebut. Kemudian pak supirnya membangunkan aku. Begitulah terus menerus. Kadang aku berjalan ke sekolah ibuku yang berjarak 1km dari sekolahku. Bermain sendiri disana sampai jam pulang ibuku, dan kemudian kami pulang.
Setelah beberapa minggu, akhirnya aku mulai bisa menyesuaikan keadaan. Aku mulai akrab dengan teman-teman sekelasku, bahkan aku punya dua orang teman dekat. Aku duduk dengan salah satu dari mereka. Sampai suatu saat ketika aku naik ke kelas 5, wali kelasku mengacak tempat duduk kami. Katanya agar kami saling mengenal satu sama lain, tidak hanya dengan beberapa orang saja. Aku dipilihkan sebangku dengan si kingkong. Pada minggu-minggu pertama itu kami saling diam, jarang sekali kami membicarakan sesuatu, kecuali untuk hal-hal penting. Lama-lama kami pun cukup dekat. Kami mulai sering mengobrol dan bermain bersama. Ia baik, pintar, dan cukup menarik. Ini pertama kalinya aku sedekat ini dengan teman lelaki. Aku masih sangat lugu saat itu. Pernah suatu saat ibuku menjemputku. Kami pun pulang naik angkutan umum. Ternyata di dalam angkot itu ada si kingkong. Ia duduk tepat di sebelahku. Aku hanya tersenyum dan diam, sampai ia turun dari angkot tersebut. Setelah itu aku berkata kepada ibuku, "yang tadi itu temanku", sambil malu-malu. Sepertinya aku mulai merasakan sesuatu yang aneh. Ada rasa bahagia saat aku bersamanya. Ada rasa kehilangan saat ia tak ada. Ia memiliki banyak talenta, jago futsal, basket, renang, dan pemegang drum di band sekolah kami. Aku kagum dengan talenta yang ia miliki. Wajar bila ia cukup dikenal di sekolah kami. Bahkan setahuku ada beberapa siswi yang menyukainya dan terkagum-kagum padanya.
Pernah suatu saat ia kecelakaan di sekolah saat sedang bermain bola. Tangannya terluka cukup parah. Aku terlambat mengetahuinya karna aku termasuk jarang keluar kelas. Aku baru tahu ketika ia sudah dibawa ke UKS sekolah. Cukup banyak murid dan guru yang menjenguknya, sampai aku tidak bisa masuk ke UKS itu. Akhirnya aku pun kembali ke kelas. Tak lama kemudian ada seorang guru yang masuk ke kelasku dan meminta tolong kepadaku untuk merapikan buku-buku si kingkong. Setelah aku masukkan ke tas hijaunya yang bertuliskan soccer, aku pun menyerahkannya kepada guru itu.
Ia tidak masuk selama beberapa hari. Aku cukup khawatir dengan keadaannya. Namun aku tidak sempat menjenguknya. Sampai suatu hari ia masuk kembali, dengan tangannya yang masih di-gips. Aku lega ia sudah mulai kembali sehat.
Tidak banyak kenangan yang indah. Namun, entah mengapa semua begitu bermakna. Sampai akhirnya kami pun lulus SD. Ia melanjutkan bersekolah di pesantren, di Jawa Tengah. Aku cukup kaget dan sedih saat itu. Aku tak menyangka hari itulah hari terakhir aku bertemu dengannya. Bahkan sampai saat ini aku belum pernah bertemu dengannya lagi. Entah kelak kami akan bertemu lagi atau tidak.
Dan dengan berakhirnya lagu itu, kusudahi pula membayangkan kenanganku bersamanya...
*kisah klasikku dengan si kingkong bertas hijau bertuliskan soccer yang sangat menyukai liverpool