Jumat, 30 Desember 2011

Sajak kecil sang pencinta

Aku terjaga. Mataku meraba-raba di dalam kegelapan, mencoba menerka kemana jarum panjang dan pendek itu menunjuk. Aku terdiam, bukan karna ku lelah mencari. Samar-samar ku tangkap petikan melodi indah. Terlalu merdu, sedikit menyayat hati, namun mampu membuatku terhanyut. Sekali lagi kedua bola mata ini mencoba menerka. Beringsut-ingsut dalam gulita. Meski sekali lagi yang ku dapat hanyalah tanya, aku dimana.

Aku terhenyak. Ada sesuatu yang bergerak di ujung sana. Entah berapa mil jauhnya. Satu yang tak ku mengerti, wangi itu menyeruak. Wangi dirimukah? Sekali lagi dalam kegelapan aku mencoba menerka sesuatu yang tak dapat ku mengerti.

Perlahan namun pasti. Kau menjauh. Namun, wangi itu tetap menyeruak. Semakin hari semakin dalam, seakan itu berasal dari tubuhku. Membuat imajiku tumbuh bermekaran di padang pikiranku. Tak hanya sentuhan lembut bunga dan dedaunannya, namun juga perihnya luka tersayat semak berduri. Memang, terkadang membuat senyumku tersimpul, namun tak jarang aku menjerit dalam diam dan memapah hatiku yang terluka. Mungkin benar kadar kewarasanku sudah berkurang, sebab bagaimana mungkin imaji yang kuciptakan dapat menyerang diriku sendiri. Namun..bukankah itu seperti yang dibilang banyak orang? Bukankah cinta itu gila? Bukankah cinta itu butuh pengorbanan? Bukankah cinta itu...ah sudahlah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar